Pangersa AA
Pembina YCH
manusia memiliki nafsu-nafsu yang wajib diperbaiki dan
dibersihkan, demi ketentraman hidup lahir dan batin, dunia akhirat, mengingat
umat manusia sudah terlalu akrab dengan materi dunia, (pangkat, harta,
kepintaran, wanita dll). Tidak disadari, ketika materi hilang, pikiran juga
ikut hilang (stres), dia lupa bahwa semua itu ada pemilikNya (Alloh Swt),
sangat sedikit sekali manusia yang merasakan nikmat batin (tenang, ikhlas,
ridho). Begitulah Dzikrulloh sebagai suatu alat untuk memperbaiki dan
membersihkan hati, di dalam Al-Qur’an surah Ar-Ra’d ayat 28 :
اَلَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِاللّٰهِ أَلَابِذِكْرِاللّٰهِ
تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Alloh hati menjadi tentram.”
Hadirin, Alloh Swt
memerintahkan kepada kita
فَإِذَاقَضَيْتُمُ الصَّلاَةَفَاذْكُرُوااللّٰهَ
Artinya : “apabila setelah selesai shalat, berdzikirlah
kepada Alloh”.
Dzikir setelah shalat Fardhu ada dua sistem :
Pertama : Dzikir jahar (dengan lisan atau dinyatakan)
paling sedikit 165 kali setiap selesai shalat fardhu,
didalam Al-Qur’an surah
Al-mulk ayat 13
وَأَسِرُّوْاقَوْلَكُمْأَوِاجْهَرُوْابِهِ
إِنَّهُ عَلِيْمُ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ
Artinya : “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau
lahirkanlah/nyatakanlah, sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.”
Kenapa harus 165 kali ?
berdasarkan hadist Nabi :
“bacalah tahlil atau laa ilaha ilallah tiga puluh tiga kali, lima kali
balikan.”
Jadi 33 X 5 = 165
Kedua : Dzikir Khofi (dengan hati) setiap saat sepanjang
hayat
Berdasarkan Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 205 :
وَاذْكُرْ
رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيْفَةً وَدُوْنَ الْجَهرِ مِنَ الْقَوْلِ
بِالْغُدُوِّوَاْلٓا صَالِ وَلَاتَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ
Artinya : “dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu
dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada
waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang lengah.”
Telah berkata ulama tasawuf Imam Ghazali di dalam
kitabnya, berdzikir itu ada tiga syarat :
1. Dengan
berwudhu sempurna (tertib sesuai rukun wudhu)
2. Dengan
suara kuat/keras dan bukan sambil mengatuk
3. Dengan
pukulan yang tepat, ke hati sanubari sehingga menghasilkan cahaya dzikir dalam
batin orang yang berdzikir.
Maka, tiga syarat itu sangat besar
pengaruhnya, bukan saja dari kebangkitan semangat juang seseorang, dalam
menegakkan kalimat Laa ilaha ilallah, tetapi juga akan keberhasilannya, sebab
itu, mengucapkan tauhid kalimah laa ilaha ilallah dengan lidah ditetapkan
menjadi syarat mutlak untuk diterima setiap muslim, hati yang mewakilkan
pengucapan lidah sudah barang tentu setelah proses semestinya yaitu talqin
dzikir,
karena hati kita seumpama cermin yang berkilau, kita mesti
mebersihkannya daripada debu dan kotoran yang menutupinya, agar cermin hati
kita memancarkan cahaya rahasia-rahasia ilahi.